Bila kita bertanya kepada siapa saja; mana kitab yang diturunkan Allah, tentu merujuk tulisan di atas kertas.
Bertanya lagi kita kepada mereka; mana Quran, juga merujuk kepada tulisan di atas kertas yang ada ini.
Begitupun seterusnya, bila kita bertanya tentang ayat, juga merujuk kepada tulisan di atas kertas yang ada ini.
Tentu sangat bertentangan dengan makna yang sesungguhnya, tentang KITAB yang telah diturunkan oleh Tuhan kepada setiap manusia, yang tidak membedakan bangsa dan bahasanya.
Kitab yang diturunkan oleh Tuhan tersebut,
bertujuan, agar manusia di permukaan bumi ini dapat menilai DIRINYA SENDIRI (bisa menahan diri-tidak lupa akan diri);
Melalui KITAB itu juga, kita dapat MENILAI diri kita, BERAPA banyak berbuat KEJAHATAN dan berapa banyak berbuat KEBAJIKAN.
Sayangnya, Allah menunjuk KITAB dalam hati kita, tapi justru kita menunjuk tulisan di atas kertas.
Karena itulah kita lebih banyak menonjolkan buku-buku yang ditulis dengan tangan manusia sebagai produk pemikiran manusia itu sendiri.
Ini adalah sebagai akibat, dimana sejak lima belas abad ditinggalkan Nabi Muhammad SAW bahwa manusia telah dibelenggu oleh PROSES BERPIKIR, merasa pintar dan merasa lebih mengetahui dengan menonjolkan EGO yang tinggi, yang BERSIFAT:
“TIDAK MAU KELINTASAN, TIDAK MAU KERENDAHAN, TIDAK MAU KEKURANGAN dan TIDAK MAU KALAH”.
Jauh dari sifat SIDDIQ-AMANAH-TABLIGH-FATHANAH dengan MUSYAWARAH; guna mencapai MUFAKAT.
TELAAHAN
Peringatan Tuhan:
QS(61)2-3:
“Yaa ai-yuhaal-ladziina aamanuu lima taquuluuna maa laa taf’aluun(a).
Kabura maqtan ‘indallahi an taquuluu maa laa taf’aluun(a).”
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu, apa yang tidak kamu ketahui-perbuat?
Besar sekali benci Allah, lantaran mereka mengatakan sesuatu hukumnya tidak diperbuat-diamalkan.”
“Peringatan Tuhan terhadap menulis kitab dengan tangannya, lalu DICETAKNYA; dikatakan ini dari Tuhan, lalu dibagikannya, atau dijual dengan harga sedikit, padahal semuanya itu BELUM tentu bermanfaat pada dirinya, maupun orang lain, lebih-lebih bila ditinjau manfaatnya bagi hidup di dunia apalah lagi di akhirat.
Firman Tuhan:
QS(2)78-79:
Ayat 78 :
“Wa minhum ummiyyuuna laa ya’lamu maa yusiruuna wa mn yu’linuun.”
Artinya:
“Dan DI ANTARA MEREKA ADA YANG BUTA HURUF TENTANG KITAB melainkan ANGAN-ANGAN SAJA;
dan tiadalah mereka (mengetahui) melainkan MENGIRA-NGIRA.”
Ayat 79:
“Fa wailul lil ladziina yaktubuunal kitaaba bi aidiihim tsumma yaquuluuna haadzaa min ‘indillaahi li yasytaruu bihii tsamanan qaliilan fa wailul lahum mim maa katabat aidiihim wa wailul lahum mim maa yaksibuun.”
Artinya:
“MAKA KECELAKAAN BESARLAH bagi orang-orang yang “MENULIS KITAB DENGAN TANGAN MEREKA SENDIRI”, lalu dikatakannya, “ini dari Allah,” karena mereka hendak MEMPEROLEH KEUNTUNGAN SEDIKIT”.
Maka KECELAKAAN BESARLAH bagi mereka, karena apa yang ditulis oleh tangan mereka itu, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, karena apa yang mereka kerjakan.”
“Hukum bagi orang yang menulis tulisan di atas kertas dengan maksud duniawi”;
Firman Tuhan:
QS(2)175-176:
Ayat 175:
“Ulaa-ikal ladziinasy tarawudh dhalaalata bil hudaa wal ‘adzaaba bil maghfirati fa maa ashbaruhum ‘alan naar.”
Artinya:
“MEREKA ITULAH ORANG-ORANG YANG telah MEMBELI SESAT DENGAN PETUNJUK, MEMBELI SIKSA DENGAN AMPUN.
Alangkah ajaibnya mereka itu SABAR MASUK NERAKA.”
Ayat 176:
“Dzaalika i annallaaha nazzalal kitaaba bil haqqi wa innal ladziinakh talafuu fil kitaabi la fii syiqaaqim ba’iid.”
Artinya:
“Yang demikian itu DISEBABKAN sesungguhnya “Allah telah menurunkan KITAB” YANG SEBENARNYA dan bahwa orang-orang yang BERSELISIH PAHAM TENTANG KITAB itu benar-benar dalam KESESATAN YANG NYATA.”
Peringatan Tuhan:
A. Tiga perkara yang membinasakan manusia:
Adapun yang membinasakan MANUSIA tiga perkara:
1. TAKJUB (AJIB) – TERKESIMA akan seorang sendiri;
2. HAWA NAFSU yang mengikut akan dia;
3. KIKIR yang diikutinya.
B. Adapun tanda-tanda MUNAFIK tiga perkara:
1. BERKATA, DIA DUSTA;
2. BERJANJI, DIA MENYALAHI JANJI;
3. DIPERCAYA, DIA BERKHIANAT.
C. ADAPUN YANG MEMBINASAKAN ISLAM itu empat perkara:
1. MEMPERBUAT SESUATU YANG TIDAK DIKETAHUI;
2. TAHU TIDAK DIPERBUAT ATAU TIDAK DIAMALKAN;
3. TIDAK TAHU TIDAK MAU BELAJAR, SUKA MENDENGAR KATA ORANG LAIN;
4. MEMBENCIKAN ORANG LAIN BERBUAT BAIK.
Bila sudah menyadari besarnya dosa yang telah kita perbuat, SETELAH BERTAUBAT; TIDAK BOLEH DIPERMAINKAN ATAU DIPEROLOK-OLOKKAN.
Apabila telah terwujud kesadaran dan taubat sebenar taubat; maka dikenal dengan istilah TAUBATAN NASHUHA;
Firman Tuhan QS(66)8:
“Yaa ai-yuhaal-ladziina aamanuu tuubuu ilallahi taubatan nashuuhan ‘asa rabbukum an yukaffira ‘ankum sai-yi-aatikum wayudkhilakum jannaatin tajrii min tahtihaal anhaaru yauma laa yukhziillahunnabii-ya waal-ladziina aamanuu ma’ahu nuuruhum yas’a baina aidiihim wabiaimaanihim yaquuluuna rabbanaa atmim lanaa nuuranaa waaghfir lanaa innaka ‘ala kulli syai-in qadiirun.”
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, BERTAUBATLAH KEPADA ALLAH DENGAN TAUBAT NASUHA (yang semurni-murninya), mudah-mudahan Tuhan-mu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu, dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari, ketika Allah tidak menghinakan Nabi, dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: ‘Ya Rabb-kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Apabila dosa tersebut kita perbuat kembali dan seterusnya (MENGULANGI BERBUAT DOSA) maka orang tersebut masuk ke dalam TANDA-TANDA MUNAFIK.
Adapun tanda munafik itu tiga perkara:
1. BERKATA, DIA DUSTA;
2. BERJANJI, DIA MENYALAHI JANJI;
3. DIPERCAYA, DIA BERKHIANAT.
Peringatan Tuhan tentang orang-orang Munafik:
Firman Tuhan QS(4)137-138:
“Innal-ladziina aamanuu tsumma kafaruu tsumma aamanuu tsumma kafaruu tsummaazdaaduu kufran lam yakunillahu liyaghfira lahum walaa liyahdiyahum sabiilaa.
Basy-syiril munaafiqiina bianna lahum ‘adzaaban aliiman.”
Artinya:
“Sesungguhnya, orang-orang yang beriman, kemudian kafir, kemudian beriman (pula), kemudian kafir lagi, kemudian bertambah kekafirannya, maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampunan kepada mereka, dan tidak (pula) menunjuki mereka kepada jalan yang lurus.
Khabarkanlah kepada orang-orang munafik, bahwa mereka akan mendapat SIKSAAN YANG PEDIH”.
Firman Tuhan QS(4)142:
“Innal munaafiqiina yukhaadi’uunallaha wahuwa khaadi’uhum wa-idzaa qaamuu ilash-shalaati qaamuu kusaala yuraa-uunannaasa walaa yadzkuruunallaha ilaa qaliilaa.”
Artinya:
“Sesungguhnya, orang-orang munafik itu memperdayakan Allah, padahal Allah memperdayakan mereka. Dan apabila mereka mendirikan shalat, MEREKA BERSIRI DENGAN MALAS. Mereka bermaksud RIYA (dengan shalat) DIHADAPAN MANUSIA. DAN TIDAKLAH MEREKA MENGINGAT NAMA ALLAH, kecuali sedikit sekali.”
Firman Tuhan QS(4)145:
“Innal munaafiqiina fiiddarkil asfali minannaari walan tajida lahum nashiiran.”
Artinya:
“Sesungguhnya, ORANG-ORANG MUNAFIK itu (DITEMPATKAN) PADA TINGKATAN YANG PALING BAWAH DARI NERAKA. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun, bagi mereka.”
Firman Tuhan QS(4)146:
“Ilaal-ladziina taabuu waashlahuu waa’tashamuu billahi waakhlashuu diinahum lillahi fa-uula-ika ma’al mu’miniina wasaufa yu’tillahul mu’miniina ajran ‘azhiiman.”
Artinya:
“KECUALI ORANG-ORANG YANG BERTAUBAT dan MENGADAKAN PERBAIKAN, dan BERPEGANG TEGUH PADA (AGAMA) ALLAH dan TULUS IKHLAS MENGERJAKAN AGAMA KARENA ALLAH. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman, dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman, PAHALA YANG BESAR.”
Hukum Allah terhadap orang munafik;
Firman Tuhan QS(9) 77, 80, 84:
Ayat 77:
fa a’qobahum nifaaqon fii quluubihim ilaa yaumi yalqounahuu bimaaa akhlafulloha maa wa’aduuhu wa bimaa kaanuu yakzibuun
Artinya:
“Maka, Allah menimbulkan kemunafikan dalam hati mereka sampai kepada hari mereka menemui-Nya, karena mereka telah memungkiri Allah terhadap apa yang telah mereka janjikan kepada-Nya dan terhadap apa yang mereka dustakan.”
Ayat 80:
istaghfir lahum au laa tastaghfir lahum, in tastaghfir lahum sab’iina marrotan fa lay yaghfirollaahu lahum, zaalika bi`annahum kafaruu billaahi wa rosuulih, wallohu laa yahdil-qoumal-faasiqiin
Artinya :
“Engkau memohonkan ampun bagi mereka atau tidak memohonkan ampun (sama saja). Sekiranya Engkau memohonkan ampunan bagi mereka tujuh puluh kali, Allah tidak akan mengampuni mereka. Demikian itu disebabkan mereka tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang fasik.”
Ayat 84;
wa laa tusholli ‘alaaa ahadim min-hum maata abadaw wa laa taqum ‘alaa qobrih, innahum kafaruu billaahi wa rosuulihii wa maatuu wa hum faasiquun
Artinya :
“Dan janganlah Engkau menyembahyangkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka selama-lamanya dan jangan pula engkau berdiri di atas kuburannya (untuk mendoakan). Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik.”
Firman Tuhan QS(9)(77):
“Fa-a’qabahum nifaaqan fii quluubihim ila yaumi yalqaunahu bimaa akhlafuullaha maa wa’aduuhu wabimaa kaanuu yakdzibuun(a).”
Artinya: “Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka, sampai pada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah, apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya, dan (juga) KARENA MEREKA SELALU BERDUSTA.”
Firman Tuhan QS(9)80:
“Astaghfir lahum au laa tastaghfir lahum in tastaghfir lahum sab’iina marratan falan yaghfirallahu lahum dzalika biannahum kafaruu billahi warasuulihi wallahu laa yahdiil qaumal faasiqiin(a).”
Artinya:
“Kamu memohonkan ampun bagi mereka, atau tidak kamu mohonkan ampun kepada mereka, (adalah sama saja).
KENDATIPUN KAMU MEMOHONKAN AMPUN BAGI MEREKA, TUJUH PULUH KALI, NAMUN ALLAH SEKALI-KALI TIDAK AKAN MEMBERI AMPUN KEPADA MEREKA.
Yang demikian itu adalah KARENA, MEREKA KAFIR KEPADA ALLAH DAN RASUL-Nya. Dan ALLAH TIDAK MEMBERI PETUNJUK , kepada kaum yang fasik.”
Firman Tuhan QS(9)84:
“Walaa tushalli ‘ala ahadin minhum maata abadan walaa taqum ‘ala qabrihi innahum kafaruu billahi warasuulihi wamaatuu wahum faasiquun(a).”
Artinya:
“Dan JANGANLAH. SEKALI-KALI KAMU MENSHALATI JENAZAH SESEORANG YANG MATI DI ANTARA MEREKA, dan JANGANLAH KAMU BERDIRI DI ATAS KUBURNYA. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik.”
PERHATIKAN BACAAN dalam shalat tasbih:
Ya Allah ya Rahman ya Rahim ya Karim ya Hayuum ya Qayyum ya Zaljalali wal ikram;
Ya ahlattaqwa wa ahlal maghfiroh, ya zakirah zakiriin;
Tub ‘alaiya TAUBATAN NASUHA;
Wa zidni bifadli rahmatika nuuran wa zuhuuran wa wuduuhan yaa arhamarrahimiin.
Maka seseorang yang sungguh-sungguh bertaubat mendirikan shalat pada hakikat mengikut Allah dan RasulNya di Baitullah; insyaAllah mendapatkan kasih sayang-Nya; yaitu
Wa zidni bifadli rahmatika, berikan di engkau akan daku kasih sayang; Berupa nuuran wa zuhuuran wawuduhan ya arhamarrahimiin. Berupa cahaya wujudnya.
Mengenal kitab yang diturunkan oleh Tuhan;
Firman Tuhan:
QS(42)17:
“Allahul ladzii anzalal kitaaba bil haqqi wal miizaana wa maa yudriika la’allas saa’ata qariib.”
Artinya:
“Allah yang MENURUNKAN KITAB DENGAN KEBENARAN DAN NERACA.
Dan tahukah engkau, boleh jadi kiamat itu dekat?”
“Kitab inilah yang wajib dibaca, agar kita dapat menilai diri kita sendiri; (BUKAN MENILAI ORANG LAIN).
Firman Tuhan:
QS(2)44:
“A ta’muruunan naasa bil birri wa tansauna anfusakum wan antum tatluunal kitaaba a fa laa ta’qiluun.”
Artinya:
“Kenapa engkau MENYURUH MANUSIA BERBUAT KEBAJIKAN, ENGKAU LUPA DIRI ENGKAU SENDIRI, SEDANG ENGKAU MEMBACA KITAB TUHAN; ADAKAH TIDAK ENGKAU BERAKAL?”
Firman Tuhan:
QS(17)14-15:
“Iqra’ kitaabaka kafaa bi nafsikal yauma ‘alaika hasiibaa. Manih tadaa yahhtadii li nafsihii wa man dhalla fa yadhillu ‘alaihaa wa laa taziru waaziratuw wizra ukhraa wa maa kunnaa mu’adzdzibiina hattaa nab’atsa rasuula.”
Artinya:
“Bacalah KITAB yang ADA PADA TUBUHMU,
CUKUP ENGKAU SENDIRI YANG MEMBACANYA PADA HARI INI,
MENGHITUNG AMALANMU SENDIRI.
Barangsiapa yang mendapat petunjuk, sesungguhnya petunjuk itu bagi dirinya,
dan barangsiapa yang tersesat, maka sesungguhnya kesesatan itu atas dirinya.
Dan tidaklah seseorang yang berdosa akan memikul dosa orang lain. Dan “KAMI UTUS RASUL”.
“Bagaimana MENGHAPUS dosa yang telah KITA PERBUAT SELAMA INI”?
Firman Tuhan:
QS(53) 2,3,4:
“Maa dhalla shaahibukum wa maa ghawaa. Wa maa yanthiqu ‘anil hawaa. In huwa illaa wahyuy yuuhaa.”
Artinya:
“TIDAKLAH SESAT SAHABAT-SAHABAT itu, dan TIDAK KELIRU, Dan dia tidak menuturkan menurut hawa nafsunya, tiada lain kecuali WAHYU YANG DIWAHYUKAN.”
“Melalui kitab itulah Allah memberikan petunjuk kepada setiap manusia yang bertaqwa dan beriman kepada Allah dan RasulNya”.
Bagaimana caranya ?
Firman Tuhan:
QS(42)51-52:
Ayat 51:
“Wa maa kaana li basyarin ayyukallimahullaahu illaa wahyan au miw waraa-I hijaabin au yursila rasuulan fa yuuhiya bi idznihii maa yasyaa-u innahu ‘aliyyun hakiim.”
Artinya:
“Dan tiadalah bagi seorang manusia bahwa Allah berkata-kata kepada manusia, melainkan dengan “WAHYU” atau dari “BALIK DINDING”, atau Dia mengirim “UTUSAN”, lalu Dia mewahyukan dengan izin-Nya apa yang Dia kehendaki.
Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.”
Ayat 52 :
“Waka dzaalika auhainaa ilaika ruuham min amrinaa maa kunta tadrii mal kitaabu wall al iimaanu walaakin ja’alnaahu nuuran nahdii bihii man nasyaa-u min ‘ibaadinaa wa innaka la tahdii ilaa shiraatim mustaqiim.”
Artinya:
“Dan demikianlah Kami “WAHYUKAN KEPADA RUH” dengan perintah kami.
Engkau (sebelumnya) “TIDAK MENGERTI APA KITAB dan APA itu IMAN”.
Tetapi, Kami menjadikan “KITAB itu CAHAYA atau NUR”.
(jadi RUH, IMAN, KITAB itu adalah NUR atau CAHAYA).
“MELALUI KITAB ITU”, Kami memberikan “PETUNJUK” kepada orang-orang yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami.
Dan sesungguhnya ALLAH menunjuki kepada jalan yang lurus.”
“Bagaimana caranya agar dosa yang kita perbuat selama ini diampuni oleh Tuhan” ?
“WAJIB DATANG KEPADA RASUL ; TAUBAT KEPADA ALLAH”.
Firman Tuhan QS(4)64:
“Kamaa arsalnaa min rasuulin ilaa liyuthaa’a biidznillahi walau annahum idz zhalamuu anfusahum jaa-uuka faastaghfaruullaha waastaghfara lahumurrasuulu lawajaduullaha tau-waaban rahiiman.”
Artinya:
“Dan kami tidaklah mengutus “SEORANG RASUL”, melainkan agar diikuti perintahnya dengan izin Allah.
Sesungguhnya, JIKALAU MEREKA telah berbuat dosa, (KETIKA MENGANIAYA DIRINYA), “DATANG KEPADA RASUL, TAUBAT KEPADA ALLAH”, dan RASULPUN MEMOHONKAN AMPUN UNTUK MEREKA, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat, lagi Maha Penyayang.”
Bagaimana datang kepada Rasul, Taubat kepada Allah ?
Jawabannya SHALAT !
Firman Tuhan
QS(24)56:
“Wa aqiimush shalaata wa aatuz zakaata wa athii’ur rasuula la’allakum turhamuun.”
Artinya:
“dan DIRIKANLAH SHALAT, KELUARKAN ZAKAT, IKUT RASUL, supaya kamu mendapat rahmat.”
Siapa shalat ? Shalat itu Mukmin.
Bagaimana mencari mukmin dalam dada kita ?
Firman Tuhan:
QS(64)2:
“Huwal ladzii khlaqakum fa minkum kaafiruw wa minkum mu’minuw wallaahu bi maa ta’maluuna bashii.”
Artinya:
DIA YANG MENJADIKAN KAMU;
DI ANTARAMU (bukan di antara kamu-kamu, tetapi di dalam diri kamu masing-masing),
“ada yang KAFIR” dan
“ada yang MUKMIN”.
Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
Siapa yang kafir ?
(JANGAN MENUNJUK ORANG LAIN).
Di dalam diri kita masing-masing ada yang “KAFIR” (ENGKAR bahasa kita) dan ada yang “MUKMIN”.
Mana yang kafir, (Engkar)?
Firman Tuhan:
QS(100)6:
“Innal insaana li rabbihii la kanuud”, sesungguhnya MANUSIA itu KAFIR atau ENGKAR KEPADA TUHANNYA.”
Firman Tuhan:
QS(70)19-20:
“Innal insaana khuliqa haluu’aa. Idzaa massahusy syarru jazuu’aa.”
Artinya:
“MANUSIA itu BERSIFAT KELUH KESAH, SUKA MENANTANG, KALAU DIA SUSAH BERPUTUS ASA, KALAU dia MENDAPAT KESENANGAN DIA KIKIR.”
Firman Tuhan:
QS(102):
“Alhaakumut takaatsur. Hatta zurtumul maqaabir. Kalla saufa ta’lamuun. Tsumma kalla saufa ta’lamuun. Kalla lau ta’lamuuna ‘ilmal yaqiin. La tarawunnal jahiim. Tsumma la tarawunnahaa ‘ainal yaqiin. Tsumma latus-aluuna yauma-idzin ‘anin na’iim.”
Artinya:
“Kamu telah dilalaikan Mengingat Allah karena bermegah-megah, hingga kamu masuk ke dalam kubur. Sebenarnyalah kelak kamu akan mengetahui, kemudian sebenarnyalah kelak kamu akan mengetahui. Sebenarnya sekira kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin. Sungguh kamu akan melihat mereka, kemudian kamu akan melihatnya dengan penglihatan yang yakin, kemudian sungguh kamu akan di tanya pada hari itu tentang segala nikmat.”
Dan SUKA MENGUMPAT-UMPAT, MEMPERKATAKAN KESALAHAN ORANG LAIN.
Firman Tuhan:
QS(104):
“Wailul li kulli humazatii lumazah. Alladzii jama’a maalaw wa’ addadah. Yahsabu anna maalahuu akhladah. Kallaa la yumbadzanna fil huthamah. Wa maa adraaka mal huthamah. Naarullaahil muuqadah. Innahaa ‘alaihim mu’shadah. Fii’amadim mumaddadah.”
Artinya:
“Celakalah bagi setiap pengumpat, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya, dia mengira bahwa hartanya mengekalkannya. Tidak sekali-sekali. Sungguh dia akan dilemparkan ke dalam Huthamah. Dan tahukah engkau apakah Huthamah itu? Yaitu api Allah yang dinyalakan, yang sampai ke hati. Sesungguhnya api itu ditutupkan atas mereka, pada tiang yang panjang.”
Karena itu demi masa, MANUSIA ITU MERUGI,
Firman Tuhan:
QS(103):
“Wal ‘ashr, Innal insaana lafii khusr, Illa ladziina aamanuu wa ‘amilush shaalihaati wa tawaashau bil haqqi wa tawaashau bish shabr.”
Artinya:
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu merugi, kecuali orang yang beriman dan beramal saleh dan saling berwasiat dengan kebenaran dan berwasiat dengan kesabaran.”
Siapa itu Mukmin ?
Abdi fi qalbil mu’miniin; hambaKu dalam hati mereka namanya Mukmin, MUKMIN itu nama RUH sebelum ditiupkan ke dalam setiap hati manusia.
MUKMIN-RUH itu adalah “Alhaqqu mirrabbika”; artinya “Kebenaran itu dari Tuhanmu”;
(BUKAN KEBENARAN DARI PROSES BERFIKIR MANUSIA).
Ada dalam diri kita masing-masing,
yang diberikan Allah bersamaan dengan ditiupkan Ruh, Nikmat-RASA-ZAT.
Jadi, BUKAN KEBENARAN PENDAPAT DARI PEMIKIRAN MANUSIA KE MANUSIA.
Kalau kebenaran dari manusia itu “RELATIF” karena keterbatasan kemampuan berpikir manusia itu sendiri.
Firman Tuhan:
QS(2)216:
“Kutiba ‘alaikumul qitaalu wahuwa kurhun lakum wa’asa an takrahuu syai-an wahuwa khairun lakum wa’asa an tuhibbuu syai-an wahuwa syarrun lakum wallahu ya’lamu wa-antum laa ta’lamuun(a).”
Artinya:
“Diwajibkan atas kamu berperang (PERANG MELAWAN HAWA NAFSU), padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci.
“BOLEH JADI KAMU MEMBENCI SESUATU, PADAHAL IA AMAT BAIK BAGIMU”, dan
“BOLEH JADI KAMU MENYUKAI SESUATU, PADAHAL IA AMAT BURUK BAGIMU”;
“ALLAH MENGETAHUI, sedang KAMU TIDAK MENGETAHUI.”
Apa esensi daripada kitab itu ?
Itulah KEBENARAN ABSOLUT dari Allah yang tidak dapat didustakan.
Sebab KITAB itu adalah kebenaran absolut dari Allah, dia IMAN, dia RUH, dialah yang menerima WAHYU daripada Tuhannya.
Siapa yang membawa wahyu ?
Firman Tuhan:
QS(9)33:
“Huwal-ladzii arsala rasuulahu bil huda wadiinil haqqi liyuzhhirahu ‘aladdiini kullihi walau karihal musyrikuun(a).”
Artinya:
“Dianya Allah yang mengutus SEORANG RASUL yang MEMBAWA PETUNJUK DAN AGAMA YANG BENAR; yang mengalahkan agama-agama lain, walaupun benci orang musyrik itu.”
QS(48)28:
“Huwal-ladzii arsala rasuulahu bil huda wadiinil haqqi liyuzhhirahu ‘aladdiini kullihi wakafa billahi syahiidan.”
Artinya:
“Dianya Allah yang mengutus SEORANG RASUL yang MEMBAWA PETUNJUK DAN AGAMA YANG BENAR; yang mengalahkan agama-agama lain, cukuplah Allah menjadi saksi.“
QS(61)9:
“Huwal-ladzii arsala rasuulahu bil huda wadiinil haqqi liyuzhhirahu ‘aladdiini kullihi walau karihal musyrikuun(a).”
Artinya:
“Dianya Allah yang mengutus SEORANG RASUL yang MEMBAWA PETUNJUK DAN AGAMA YANG BENAR; yang mengalahkan agama-agama lain, walaupun benci orang musyrik itu.”
Itulah sebabnya Tuhan memperingatkan kepada diri kita masing-masing; agar “RASA ITU DITIMBANG”.
Jika TERBURU-BURU mengeluarkan pendapat, kalau-kalau RASA tadi dikuasai oleh SUBSTANSI KEKAFIRAN yang bersifat HAWA NAFSU DUNIA SYETAN tadi.
Oleh karena itu “JANGAN CEPAT DIKATAKAN itu BENAR ATAU SALAH, tapi TIMBANG RASA- rasa itu ditimbang, bermanfaat atau tidak, perlu atau tidak disampaikan. (RASA ITU AKAN BERSUARA).
Kata orang tua dulu:
“PIKIR ITU PELITA HATI, TIDAK DIPIKIR MERUSAK DIRI, TERLALU DIPIKIR BINASA DIRI”
Dimana datangnya petunjuk ?
Jawabannya: di BAITULLAH.
Firman Tuhan:
QS(3)96:
“Inna awwala baitiw wudhi’a lin naasi lal ladzii bi bakkata mubaarakaw wa hudal lil aalamiin.“
Artinya:
“Sesungguhnya inilah mula-mula RUMAH (BAITULLAH DI MAKKAH);
BELUM ADA RUMAH DI PERMUKAAN BUMI INI, termasuk MASJIDIL AQSA, karena itu dibangun di zaman Nabi Sulaiman), YANG AKU NYATAKAN BAGI MANUSIA, BERKAT UNTUK IBADAH (artinya ibadah yang dilakukan oleh manusia akan MEMPUNYAI NILAI HAKEKAT, bila MENGETAHUI setiap ibadahnya, MENGHADAP KIBLAT INGATANNYA DI BAITULLAH); PETUNJUK SEISI ALAM (BUKAN BAGI ALAM, TETAPI ALAM INSAN, yaitu RUH yang bersemayam di dalam dada).”
Siapa membawa petunjuk?
Firman Tuhan:
QS(9)33:
“Huwal-ladzii arsala rasuulahu bil huda wadiinil haqqi liyuzhhirahu ‘aladdiini kullihi walau karihal musyrikuun(a).”
Artinya:
“Dianya Allah yang mengutus SEORANG RASUL yang MEMBAWA PETUNJUK DAN AGAMA YANG BENAR; yang mengalahkan agama-agama lain, walaupun benci orang musyrik itu.”
QS(48)28:
“Huwal-ladzii arsala rasuulahu bil huda wadiinil haqqi liyuzhhirahu ‘aladdiini kullihi wakafa billahi syahiidan.”
Artinya:
“Dianya Allah yang mengutus SEORANG RASUL yang MEMBAWA PETUNJUK DAN AGAMA YANG BENAR; yang mengalahkan agama-agama lain, cukuplah Allah menjadi saksi.“
QS(61)9:
“Huwal-ladzii arsala rasuulahu bil huda wadiinil haqqi liyuzhhirahu ‘aladdiini kullihi walau karihal musyrikuun(a).”
Artinya:
“Dianya Allah yang mengutus SEORANG RASUL yang MEMBAWA PETUNJUK DAN AGAMA YANG BENAR; yang mengalahkan agama-agama lain, walaupun benci orang musyrik itu.”
Apa syaratnya: SHALAT
Dimana alamatnya ? pada HAKIKAT: Di BAITULLAH
Firman Tuhan:
QS(2)125:
“Wa idz ja’alnal baita matsaabatal linnaasi wa amnaw wat takhidzuu mim maqaami Ibrahiima mushallaw wa’ ahidnaa ilaa ibraahiima wa ismaa ‘illa an thahiraa baitiya lith thaa-ifiina wal ‘aakifiina warrukka’is sujuud.”
Artinya:
“Dan ingatlah ketika Kami MENJADIKAN RUMAH itu BAITULLAH (BUKAN KA’BAH), “untuk pulang pergi manusia”, dan “tempat yang aman”.
Dan AMBIL-LAH sebagian Maqom Ibrahim (BAITULLAH)
itu untuk “TEMPAT SHALAT”. Bersihkanlah rumahKu untuk orang yang tawaf, i’tikaf, ruku dan sujud.”
Siapa yang boleh masuk ke Baitullah ?
“ORANG TAQWA”.
Firman Tuhan:
QS(22)32-33:
“Dzaalika waman yu’azhzhim sya’aa-ira allaahi fa-innahaa min taqwaa alquluubi. Lakum fiihaa manaafi’u ilaa ajalin musamman tsumma mahilluhaa ilaa albayti al’atiiqi.”
Artinya:
“Demikianlah, dan barangsiapa mengerjakan syiar tanda agama Allah, tawaf tujuh kali mengelilingi Baitullah, sa’i Safa Marwah, tahlul menggunting rambut, semua itu tiada berguna, melainkan ada berguna; apabila TERBIT DARI HATI YANG TAQWA.
Itupun masih belum berguna; ada berguna, apabila terbit dari hati yang taqwa tadi, sampai masa; masa kita berbuat dan tempat; TEMPATNYA ITU DI BAITULLAH; BAITUL ATIQ; RUMAH LAMA ATAPNYA LANGIT DUNIA.”
Kesimpulan :
1. Orang-orang yang bertaqwa dan beriman kepada Allah dan RasulNya, WAJIB membaca KITAB dirinya sendiri yang telah diturunkan Allah , agar dapat menilai diri sendiri bukan menilai orang lain.
Gunanya, agar kita tidak lupa diri oleh pengaruh EGO yang telah dibina bertahun-tahun oleh pendidikan, pangkat, jabatan, penghormatan dari manusia ke manusia.
2. Ingatlah nasib kita di permukaan bumi (berapa lama nian hidup kita di dunia), berbuat baiklah kamu sesama kamu, sebagaimana Allah berbuat baik kepada setiap manusia.
Firman Tuhan:
QS(28)77:
“Waabtaghi fiimaa aataakallahuddaara-aakhirata walaa tansa nashiibaka minaddunyaa wa-ahsin kamaa ahsanallahu ilaika walaa tabghil fasaada fiil ardhi innallaha laa yuhibbul mufsidiin(a).”
Artinya:
“Dan tuntutlah kampung akhirat dengan KEKAYAAN YANG TELAH DIANUGRAHKAN Allah kepada manusia. Ingatlah sebagian nasibmu dipermukaan bumi dan BERBUAT BAIKLAH kamu sesama kamu, SEBAGAIMANA ALLAH BERBUAT BAIK KEPADAMU, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
“SEDIKIT BICARA, BANYAK MENANGIS MERENUNGKAN NASIB KITA INI”, berapa banyak kita telah menganiaya diri kita sendiri.
Firman Tuhan:
QS(9)82:
“Falyadhhakuu qaliilaa walyabkuu katsiiran jazaa-an bimaa kaanuu yaksibuun(a).”
Artinya:
Maka “HENDAKLAH MEREKA SEDIKIT TERTAWA DAN MENANGIS BANYAK”, sebagai pembalasan (dosa yang telah diperbuat), dari apa yang kerjakan selama ini”
3. SHALAT JANGAN DITINGGAL; banyak-banyaklah MENGINGAT DI BAITULLAH. HANYA SHALATlah yang DAPAT MENCIPTAKAN semua itu.
Oleh karena itu:
“Ingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk dan berbaring”.
Firman Tuhan:
QS(3)190-191:
“Inna fii khalqis-samaawaati wal ardhi waakhtilaafillaili wannahaari li-aayaatin auliil albaab(i).
(191) Al-ladziina yadzkuruunallaha qiyaaman waqu’uudan wa’ala junuubihim wayatafakkaruuna fii khalqis-samaawaati wal ardhi rabbanaa maa khalaqta hadzaa baathilaa subhaanaka faqinaa ‘adzaabannaar(i).”
Artinya:
“Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat TANDA-TANDA (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal,
(191) (yaitu) ORANG-ORANG YANG MENGINGAT ALLAH DALAM KEADAAN BERDIRI, DUDUK, maupun BERBARING DAN MEMIKIRKAN tentang “PENCIPTAAN LANGIT DAN BUMI” (seraya berkata):
‘Ya Rabb-kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
Firman Tuhan:
QS(4)103:
“Fa-idzaa qadhaitumush-shalaata faadzkuruullaha qiyaaman waqu’uudan wa’ala junuubikum fa-idzaaathma’nantum faaqiimuush-shalaata innash-shalaata kaanat ‘alal mu’miniina kitaaban mauquutan.”
Artinya:
“Maka APABILA KAMU TELAH SELESAI MENGERJAKAN SEMBAHYANG, INGATLAH ALLAH DI WAKTU BERDIRI, DUDUK DAN di waktu BERBARING.
Kemudian APABILA kamu TELAH merasa AMAN, maka DIRIKANLAH SHALAT.”
Demikian sebagai bahan pertimbangan guna memperoleh makna yang sesungguhnya.
Billahi taufiq wal hidayah.
Wass wr wb.
AR Yusuf
Bekasi, 21-11-2020